I just realized that my writing about SEX MUSEUM in Amsterdam, got published at okezone.com :)
Check this out ;p
http://travel.okezone.com/read/2012/09/21/409/693154/amsterdam-pusat-kesenangan-dan-kebebasan
Thursday, December 6, 2012
Tuesday, September 18, 2012
FUN Amsterdam :)
![]() |
Amsterdam Centraal Station |
Akhirnya saya menginjakan kaki di
stasiun terbesar dan tersibuk di ibukota Belanda yaitu Amsterdam Centraal
Station. Disebut Centraal (sentral) bukan hanya karena terletak di pusat kota,
namun juga sebagai tempat persilangan berbagai transportasi umum yang melayani
penduduk kota ataupun pelancong yang sedang melakukan perjalanan. Rata-rata
setiap harinya terdapat sekitar 250.000 orang datang dan pergi melalui stasiun
kereta itu.
Jika Anda
tiba di Amsterdam melalui stasiun ini, otomatis tidak akan sulit menemukan
pelbagai moda transportasi menuju berbagai tujuan disana. Ada perberhentian
tram, metro dan bus di sekitar stasiun tersebut, bahkan di depannya ada juga
dermaga untuk moda transportasi air yang melintasi kanal-kanal kota.
Bagi para
turis yang baru pertama kali ke kota ini, di depan stasiun terdapat Amsterdam
Tourist Office dimana kita bisa mendapatkan
berbagai informasi mengenai tempat-tempat wisata dan apapun yang berkaitan
tentang Amsterdam.
Kantor turis
yang buka dari pukul 9.00 hingga 18.00 ini juga menyediakan I amsterdam city card bagi
Anda yang ingin menikmati kota ini untuk selama 24, 48 atau 72 jam. Dengan
membeli kartu ini, Anda dapat berhemat biaya keliling kota karena Anda dapat
menaiki berbagai transportasi umum (tram, bus dan metro) di Amsterdam dengan
tidak terbatas selama waktu yang telah ditentukan dan akan mendapat berbagai
diskon masuk ke tempat-tempat wisata yang telah ditunjuk.
Green City
Amsterdam merupakan gambaran kota
yang unik dan menarik dengan pemandangan kota yang penuh dengan peninggalan
sejarah, jadi tidak heran jika kota ini menjadi tujuan wisata favorit di
kawasan Eropa. Untuk menjaga kelestarian dan keindahan kota, pemerintah Belanda
sepertinya banyak berupaya untuk membebaskan Amsterdam dari polusi. Diantaranya
dengan membuat transportasi umum yang terintegrasi dan tentu saja membangun
lalu lintas sepeda. Disini terdapat 400 kilometer jalur sepeda beserta jalan
yang ditunjuk untuk bersepeda. Sebagian besar jalur tersebut memiliki rambu lalu
lintas tersendiri misalnya rambu "Uitgezonderd" yang artinya kecuali,
yang ingin menunjukkan bahwa hanya sepeda dan skuter yang dikecualikan dari
peraturan lalu lintas.
Pengendara sepeda di Amsterdam
juga memiliki fasilitas parkir gratis hampir dimana saja bahkan kini sudah ada
garasi sepeda terbesar yang dibangun di dekat Amsterdam Centraal Station
(Fietsflat) yang dapat menampung 2.500 sepeda tentu saja dengan fasilitas
gratis parkir sampai dengan 14 hari. Hal ini menunjukkan betapa seriusnya
pemerintah mengurangi jumlah mobil di kota yang sering disebut sebagai Ibukota
Sepeda dunia ini. Tentu saja jika anda membawa mobil di Amsterdam
siap-siaplah merogoh kocek yang
dalam untuk parkir yaitu sebesar 7 euro per jam.
Sebagai turis, Anda dapat menyewa
sepeda hampir di setiap sudut kota. Rata-rata harga untuk menyewa seharian
adalah 8 euro. Tentu harga ini lebih murah dibandingkan dengan menaiki
transportasi umum. Namun, jika Anda belum terbiasa mengendarai sepeda disini,
tentu saja akan sedikit bingung karena lalu lintas sepeda disini lumayan ramai
terutama di jam sibuk. Ingatlah untuk selalu memperhatikan rambu-rambu dan
nyalakan lampu sepeda jika berkendara di malam hari.
Take me to the Coffee Shop
Berkeliling kota besar yang ramai
seperti Amsterdam pasti melelahkan, tentu kita dapat berhenti sebentar di coffee
shop yang banyak tersebar di pinggir kanal.
Bagi penyuka kebebasan, mungkin disini merupakan surga dunia. Berbagai bentuk
kebebasan dilakukan dengan damai dan dalam lindungan hukum. Salah satunya
adalah kita dapat membeli marijuana atau ganja dengan legal dalam jumlah
terbatas di bar Amsterdam yang berlabel coffee shop. Harga per satu gramnya sekitar 8 euro. Itulah salah
satu bentuk kebebasan di negara kincir angin ini.
Namun kabarnya, aturan hukum
Belanda akan melarang turis asing membeli ganja di negeri oranje ini di tahun
depan. Hal ini menyusul kekhawatiran bahwa banyak turis yang masuk ke negeri
ini hanya untuk mengisap narkoba tersebut dan bahkan memperjualbelikannya kembali
di negara asal mereka. Peraturan hukum ini tentu saja mendapat tentangan dari
berbagai kelompok asosiasi pemilik kafe yang menganggap aturan ini bersifat
diskrinatif terhadap warga asing dan tentu saja akan menurunkan keuntungan
mereka.
Sex Museum Amsterdam
Ibukota Negara kincir angin ini
memang kaya dengan berbagai museum seperti museum tempat lukisan karya pelukis
kenamaan Belanda disimpan yaitu Van Gogh Museum, ataupun Rijksmuseum yang
merupakan museum nasional Belanda yang menyimpan berbagai benda seni dan
lukisan terkenal di dunia. Tapi jika Anda ingin sedikit berpetualang dengan
keunikan dan kebebasan kota ini, Anda bisa mengunjungi Sex Museum Amsterdam
yang berada di jantung kota.
Terletak di daerah red district yang terkenal, museum ini memperlihatkan
sejarah seks manusia sejak dulu hingga kini. Museum yang hanya terbuka untuk
pengunjung berusia 16 tahun keatas ini berisi ratusan benda-benda seni,
pahatan, film, lukisan, foto dan buku-buku mengenai seks sepanjang jaman dari
berbagai Negara.
Namun, jangan langsung berpikiran
kotor tentang museum ini. Justru museum menghadirkan sedikit unsur humor
kepada para pengunjungnya. Anda cukup mengeluarkan biaya 4 euro untuk dapat
masuk ke dalam dan menikmati museum ini dengan cara yang cukup menyenangkan.
Mungkin Anda dan teman-teman Anda akan tertawa geli dengan beberapa benda yang
didisplay dengan sedikit “nyeleneh” dan
membuat Anda kaget. Museum yang terletak di Damrak Street ini buka setiap hari dari pukul 09.30 – 23.30.
Kroket Dinding
Tidak heran Amsterdam menjadi
kota favorit kunjungan turis karena dikenal sebagai kota yang menyenangkan. Berkeliling
kota yang seru ini bisa bikin perut keroncongan. Namun jangan kuatir, di kota
ini Anda dapat membeli makanan khas Belanda seperti kroket atau frinkandel yang
di jual dengan vending machine atau
dikenal dengan FEBO, sebuah
jaringan makanan cepat saji dan minuman yang dioperasikan dengan mesin koin
yang banyak tersebar di sudut-sudut Kota Amsterdam.
Saat Anda kelaparan di jalan,
Anda tinggal masukkan koin euro sebanyak harga yang tertera untuk setiap jenis
makanan dan voila! jendela kecil di
dinding pun terbuka dan sepotong kroket siap Anda santap. Kabarnya mesin pintar
ini hanya akan Anda temukan di Belanda khususnya Amsterdam.
Tulisan ini pernah dimuat di harian Seputar Indonesia tanggal 21 September 2012
Friday, September 7, 2012
'Cita-Citaku Setinggi Tanah' the movie
You guys might love this movie! Directed by one of young talented Indonesian movie directors - Eugene Panji, Cita-Citaku Setinggi Tanah (CCST) is not just another movie about kids & their dreams :)
3 main reasons why YOU SHOULD watch this movie:
Genre: Drama
Writer: Satriono
Producer: Meilany Adolfin Runtuwene, Eugene Panji
Director: Eugene Panji
Production Co: Humanplus Production
Cast: M Syihab Imam Muttaqin, Rizqullah Maulana Daffa, Iqbal Zuhda Irsyad, Dewi Wulandari Cahyaningrum, Nina Tamam, Agus Kuncoro, Donny Alamsyah
TRAILER
TESTIMONIAL
3 main reasons why YOU SHOULD watch this movie:
- With its own way, this movie inspires Indonesian kids to make a real step or efforts to realize their dream whatever it is.
- By watching this movie, you are also helping kids with cancer because 100% of the ticket sales will be donated to one of children with cancer foundations in Indonesia (YKAKI)
- All film crew (except cameramen) and most of the casts (including children cast) are new comers in the industry. They had undergone training for about one year to be as professional actor or crew as can be (from zero to somebody).
Genre: Drama
Writer: Satriono
Producer: Meilany Adolfin Runtuwene, Eugene Panji
Director: Eugene Panji
Production Co: Humanplus Production
Cast: M Syihab Imam Muttaqin, Rizqullah Maulana Daffa, Iqbal Zuhda Irsyad, Dewi Wulandari Cahyaningrum, Nina Tamam, Agus Kuncoro, Donny Alamsyah
TRAILER
http://www.youtube.com/watch?v=ugVsmu4LqUo
TESTIMONIAL
Categories
agus kuncoro
,
ccst
,
ccstthemovie
,
children with cancer
,
cita-citaku setinggi tanah
,
donny alamsyah
,
dreams
,
Eugene Panji
,
kids movie
,
nina tamam
,
the movie
Monday, September 3, 2012
Menikmati Satu Hari di Venezia
Inilah pertama kalinya saya menginjakan
kaki di kota Venezia. Turun dari shuttle airport di terminal bus Piazzalle
Roma, saya langsung disambut dengan angin malam. Kebetulan saya berangkat dari
Charleroi Belgia menuju Treviso Venezia, maskapai yang saya gunakan adalah Ryan
Air dengan tarif promo 30.99 Euro sudah termasuk admin fee dan bagasi 15 kg.
Sementara, shuttle bus dari airport ke Piazale Roma (terminal bus di Venezia) 7
Euro. Tiket ini bisa dibeli di atas pesawat Ryan Air karena ini merupakan salah
satu fasilitas terintegrasi dari airport menuju ke Kota Venezia (waktu tempuh
sekitar 1 jam 10 menit).
Saat itu memang tidak terlalu dingin karena sudah masuk musim Semi. Waktu menunjukkan pukul 22.00 waktu setempat. Cukup larut bagi saya untuk tiba di kota asing. Namun, menurut teman saya yang orang Italia, Venezia adalah kota yang relatif aman untuk turis bahkan di larut malam sekalipun. Ketika saya tiba masih banyak orang yang lalu lalang dan kebanyakan memang turis yang jalan-jalan menikmati Venezia waktu malam dengan pergi ke klub, restoran atau duduk-duduk di tepi dermaga.
Pagi hari saatnya menjelajahi kota Venezia. Saya mampir di kafe terdekat untuk menikmati sarapan khas orang Italia, yaitu sepotong Croissant dan secangkir capucino. Hati-hati memilih tempat makan di Venezia yang termasuk kota termahal di dunia, apalagi jika Anda adalah budget traveler. Coba lah memilih kafe yang tidak terlalu strategis tempatnya dengan pusat atraksi untuk turis. Harga sarapan saya saat itu 5 euro, tergolong tidak terlalu mahal untuk ukuran Venezia.
Kota ini yang luasnya 412 km2 ini hanya bisa dijelajahi dengan jalan kaki atau perahu. Bagi tamu dari luar kota yang membawa mobil, disediakan tempat parkir khusus di dekat terminal bus Piazzale Roma dengan tarif parkir sekitar 1€/ jam. Jadi, setelah menitipkan mobil di parkir khusus tersebut, para turis bisa jalan kaki memasuki kota Venezia.
Untuk transportasi, praktis semuanya via air. Jika kaki lelah, kita bisa menggunakan Vapporeto atau bus air untuk mencapai lokasi yang dituju. Tiketnya sekitar 6€ sekali jalan yang bisa dibeli di loket dekat dermaga bus air. Sistemnya seperti angkutan umum lain, jangan lupa untuk mengetahui di dermaga mana kita harus turun.
Adalagi yang namanya Water Taxi. Transportasi ini lebih nyaman tentunya karena melayani secara khusus untuk Anda seperti taksi pada umumnya. Namun untuk naik trasportasi jenis ini Anda harus siap-siap dengan harga yang selangit, misalnya layanan water taxi dari airport ke hotel di Venezia tarif normalnya adalah 100€ sekali jalan. Bukan harga yang murah ya :)
Jangan lupa gondola yang menjadi khas kota ini. Namun, untuk menaiki perahu dan berkeliling kanal-kanal Venezia bak raja dan ratu anda harus merogoh kocek agak dalam yaitu 80€ / 40 menit. Selain akan mengayuh perahu untuk Anda, pendayung gondola juga akan menyanyikan lagu khas italia sesuai permintaan.
Berkunjung ke Venezia tidak lengkap berkunjung ke San Marco Square yang megah. Bangunan yang luar biasa ini bisa dibilang satu-satunya yang besar dan megah di Venezia. Tidak bisa terelakan bahwa San Marco simbol pariwisata dari Venezia. Namun tentu saja masih banyak hal yang menjadi daya tarik dari kota yang berjuluk kota kanal ini. Yaitu festival-festival di Venezia yang telah menjadi bagian dari kebudayaan kota ini.
Venezia memiliki jadwal festival yang
sangat padat, sehingga kota ini tidak pernah sepi dari para turis yang datang
ke kota ini. Yang paling terkenal adalah Karnival Venezia dimana pesertanya
memakai kostum dan topeng. Karnaval ini dimulai 40 hari sebelum hari Paskah dan
berakhir pada Shrove Selasa (Fat Selasa atau Martedì Grasso), sehari sebelum
Rabu Abu.
Setelah lama tidak dirayakan, pemerintah Italia berusaha menghidupkan kembali karnaval ini pada tahun 1979 dengan maksud untuk membawa kembali sejarah dan kebudayaan Venezia. Saat ini, sekitar 3 juta pengunjung turis datang setiap hari untuk menyaksikan karnaval tersebut. Salah satu hal yang paling penting dari karnaval tersebut adalah pemilihan topeng terbaik pada minggu terakhir karnaval. Yang menjadi juri untuk pemilihan ini biasanya adalah desainer kenamaan dunia.
Sayangnya ketika saya berkunjung saat itu tidak bertepatan dengan karnaval yang telah diadakan pada bulan Februari lalu. Namun, toko dan penjual souvenir di Venezia masih banyak yang menjual topeng dan kostum. Harganya pun bervariasi, dari yang hanya 15€ sampai ratusan Euro. Topeng pun kini telah menjadi komoditi bagi Kota Venezia. Topeng Venesia dapat dibuat dalam kulit atau dengan teknik kaca asli. Topeng asli dibuat agak sederhana dalam desain dan dekorasi dan sering memiliki fungsi simbolis dan praktis. Sekarang ini, kebanyakan topeng dibuat dengan aplikasi gesso dan daun emas, semuanya di cat tangan dan mengunakan hiasan bulu alami dan permata. Namun, kebanyakan topeng yang dijual di toko-toko souvenir pada umumnya tidak terbuat dari bahan-bahan yang dipakai pada topeng asli.
Selain karnaval ada La Biennale, sebuah festival kesenian yang dirayakan tiap tahun bernomor ganjil di venezia sejak tahun 1895. Hal yang ditampilkan dan dipromosikan adalah seni terbaik yang ada di Italia termasuk lukisan, patung, desain, film dan masih banyak lagi. Festival lain yang cukup populer adalah Venezia Festival Film yang merupakan festival film internasional yang bergengsi sekaligus tertua di dunia. Festival ini didirikan oleh Giuseppe Volpi pada tahun 1932 dengan nama "Esposizione Internazionale d'Arte Cinematografica" dan diadakan rutin setiap tahunnya di Lido, Venezia, Italia.
Pesona Venezia di Film Hollywood
Venezia adalah tempat yang cantik dan unik, sehingga digunakan puluhan bahkan mungkin ratusan judul film mengambil Venezia sebagai latar belakang film mereka. Sebut saja film klasik Othello (1952), film legendaris James bond “Moonraker” (1979), The Talented Mr. Ripley (1999), The Italian Job (2003), hingga film yang dibintangi oleh aktris Angelina Jolie dan aktor Johnny Depp yaitu The Tourist (2010).
Sore itu, ketika menikmati semilir angin
Venezia di dekat dermaga, seorang teman yang saya temui di Venezia ini menunjuk
ke sebuah hotel yang kami lewati. Ternyata hotel itu adalah Hotel Danieli yang
legendaris yang digunakan oleh beberapa judul film terkenal yang saya sebutkan
tadi, antara lain film The Tourist. Film yang dibintangi oleh Jolie dan Depp
tersebut mengambil setting Hotel Danieli untuk tempat menginap mereka selama di
Venezia.
Digambarkan dalam film tersebut Elise (Jolie) dan Frank (Depp) bertemu dalam perjalanan kereta dari Paris ke Venezia. Setibanya di Venezia mereka menaiki water taxi dan berhenti tepat di di depan hotel lux tersebut. Hotel yang terletak di dekat San Marco Square dan The bridge of Sighs ini telah didirikan pada abad ke-14 dan telah terkenal sejak dulu sebagai hotel yang mewah dan romantis dengan dekorasi yang menampilkan hiasan hand-made dari kristal Murano khas asal Venezia, marmer, dan barang-barang antik yang cantik. Tentu saja biaya untuk semalamnya tidaklah murah. Anda harus siap merogoh kocek mulai US$719 atau sekitar Rp 8,7 juta per malam. Selain The Tourist, Moonraker (James Bond) juga menggunakan Hotel Danieli sebagai salah satu setting filmnya.
Adalagi Caffe Florian. Kafe yang terletak
di Piazza San Marco merupakan kafe tertua di Italia yang berada di halaman
piazza San Marco. Kita pun dapat menikmati indahnya sore di San Marco Square di
teras kafe sambil mendengarkan alunan orkestra Italia yang syahdu. Karena
lokasinya yang strategis, Caffe Florian sejak dulu menjadi tempat bertemu para
tokoh-tokoh bersejarah seperti saat Ricardo Selvattico bertemu dengan
teman-temannya untuk mengkonsep acara Venezia Biennale, yang sampai sekarang
menjadi festival seni bertaraf internasional. Begitu pula para tokoh sastrawan
baik lokal Italia maupun mancanegara yang pernah singgah di kafe ini antara
lain Lord Byron,Goethe, Charles Dickens, Marcel Proust, Stravinsky dan
Modigliani.
Menarik juga duduk di tempat yang pernah juga menjadi tempat nongkrong paling hits jaman orang-orang terkenal jaman dulu. Namun, siapkan budget untuk menikmati San Marco Square sambil menyeruput teh atau kopi di kafe yang juga berjuluk “High Price Café”. Harga secangkir kopi disana bisa mencapai 11 euro.
Kristal Murano yang lucu dan Muahal...
Venezia sendiri terdiri dari beberapa pulau kecil yang juga tak kalah uniknya. Misalnya saja Pulau Murano. Seandainya saya punya waktu lebih banyak di Venezia, saya pasti bisa ke pulau-pulau terdekat di Kota Venezia seperti Pulau Murano yang merupakan pulau tempat pengerajin Kristal Murano. Namun, saya hanya punya waktu satu hari untuk saat ini. Tapi tentu saja saya akan kembali suatu saat untuk menikmati indahnya romantika Venezia.
Imigran dan Venezia
Menyusuri labirin jalanan di Venezia memang sangat menarik. Namun, jika tidak teliti dengan jalanan, bisa jadi Anda akan tersesat karena jalanan tampak sama. Sepanjang mata memandang, jalanan dipenuhi dengan toko-toko yang menjual barang bermerek dan souvenir khas Venezia. Mata pencaharian penduduk 'kota air' ini kebanyakan berhubungan dengan pariwisata contohnya, sebagai pengerajin kerajinan tangan, pendayung gondola, penjual souvenir, pengelola restoran dan lain-lain. Pariwisata di kota Venezia sepertinya memang sudah menjadi industri yang dapat menghidupi para penduduknya. Venezia yang dikunjungi oleh sekitar 50.000 turis per hari itu tentu saja menjadi daya tarik sendiri para imigran para pencari kerja yang ingin mengadu peruntungan. Ada yang legal, namun banyak pula yang ilegal.
Apalagi dengan adanya revolusi di negara-negara Afrika Utara yang mengakibatkan gelombang imigran ke Italia semakin besar. Negara asal imigran tersebut misalnya berasal dari Tunisia, Maroko atau pun Aljazair. Jika mereka illegal, tentu agak sulit mendapatkan pekerjaan. Sepanjang perjalanan saya di Venezia, banyak sekali imigran asal afrika menjajakan tas-tas aspal bermerek (asli tapi palsu) untuk para turis yang lalu lalang di jalanan Venezia. Mereka memang membidik para turis apalagi turis mancanegara karena orang Italia sendiri jarang yang ingin membeli barang-barang aspal itu sendiri. Tentu saja tas aspal tersebut dijual dengan harga miring, namun kualitasnya siapa yang menjamin.
Selain dari Negara-negara Afrika, banyak juga saya jumpai imigran asal Bangladesh, India ataupun Cina. Rata-rata mereka disana berprofesi sebagai penjual souvenir atau buah di stal-stal sederhana di pinggir jalan.
Penginapan
Setelah berkeliling sebentar untuk meilihat keadaan di sekitar kota Venezia, saya kemudian menuju hotel saya yang kebetulan tidak berada di tengah kota. Saya memilih hotel di luar kota Venezia karena pada umumnya hotel di Venezia mahal sekali. Untuk mendapatkan hotel atau hostel yang bersih dan nyaman tidak murah seperti kota-kota wisata pada umumnya. Maka dari itu saya memilih hotel di luar Venezia. Ada dua kota yang berada bersebelahan dengan kota Venezia yaitu Marghera dan Maestre. Hotel saya terletak di Marghera, hanya membutuhkan 10 menit dengan bus dari Piazzale Roma ke Hotel saya (berhenti tepat di depan hotel). Bus yang saya tumpangi adalah nomor 6 dengan biaya sekitar 1.3 €.
Sebagai perbandingan harga, harga satu kamar di hotel bintang 2 di jantung kota Venezia bisa berkisar 50-80 €. Dengan catatan kamar mandi tidak berada di dalam. Jika Anda budget traveler, bisa juga memilih hostel dengan tipe dorm (satu kamar dengan tamu yang lain 4 – 6 orang) dengan biaya 18 – 30 €, namun kadang belum termasuk handuk, sprei bersih, locker dan lain-lain. Untuk fasilitas tersebut Anda harus menambah biaya sendiri sesuai kebutuhan.
Jika menginap di sekitar Venezia seperti di Marghera, kisaran hotel Bintang 3 antara 40-80€ untuk kamar double bed dengan kamar mandi dalam, handuk, dan sprei bersih. Dan kamar sekitar 14-18€ yang sudah lengkap seprei, selimut, locker, dan kamar mandi dalam juga Wi-Fi gratis di lobi hotel/hostel. Dan jangan kuatir mengenai transport dari Piazzale Roma ke Marghera, bus tersedia setiap 20 menit sebelum tengah malam dan setelah tengah malam pun bus masih ada setiap jam.
Tulisan ini pernah dipublikasikan di Harian Republika, tanggal 17 April 2012
Saat itu memang tidak terlalu dingin karena sudah masuk musim Semi. Waktu menunjukkan pukul 22.00 waktu setempat. Cukup larut bagi saya untuk tiba di kota asing. Namun, menurut teman saya yang orang Italia, Venezia adalah kota yang relatif aman untuk turis bahkan di larut malam sekalipun. Ketika saya tiba masih banyak orang yang lalu lalang dan kebanyakan memang turis yang jalan-jalan menikmati Venezia waktu malam dengan pergi ke klub, restoran atau duduk-duduk di tepi dermaga.
Pagi hari saatnya menjelajahi kota Venezia. Saya mampir di kafe terdekat untuk menikmati sarapan khas orang Italia, yaitu sepotong Croissant dan secangkir capucino. Hati-hati memilih tempat makan di Venezia yang termasuk kota termahal di dunia, apalagi jika Anda adalah budget traveler. Coba lah memilih kafe yang tidak terlalu strategis tempatnya dengan pusat atraksi untuk turis. Harga sarapan saya saat itu 5 euro, tergolong tidak terlalu mahal untuk ukuran Venezia.
Kota ini yang luasnya 412 km2 ini hanya bisa dijelajahi dengan jalan kaki atau perahu. Bagi tamu dari luar kota yang membawa mobil, disediakan tempat parkir khusus di dekat terminal bus Piazzale Roma dengan tarif parkir sekitar 1€/ jam. Jadi, setelah menitipkan mobil di parkir khusus tersebut, para turis bisa jalan kaki memasuki kota Venezia.
Untuk transportasi, praktis semuanya via air. Jika kaki lelah, kita bisa menggunakan Vapporeto atau bus air untuk mencapai lokasi yang dituju. Tiketnya sekitar 6€ sekali jalan yang bisa dibeli di loket dekat dermaga bus air. Sistemnya seperti angkutan umum lain, jangan lupa untuk mengetahui di dermaga mana kita harus turun.
![]() |
Vapporeto - Bus Air |
Adalagi yang namanya Water Taxi. Transportasi ini lebih nyaman tentunya karena melayani secara khusus untuk Anda seperti taksi pada umumnya. Namun untuk naik trasportasi jenis ini Anda harus siap-siap dengan harga yang selangit, misalnya layanan water taxi dari airport ke hotel di Venezia tarif normalnya adalah 100€ sekali jalan. Bukan harga yang murah ya :)
![]() |
Halte bus |
Jangan lupa gondola yang menjadi khas kota ini. Namun, untuk menaiki perahu dan berkeliling kanal-kanal Venezia bak raja dan ratu anda harus merogoh kocek agak dalam yaitu 80€ / 40 menit. Selain akan mengayuh perahu untuk Anda, pendayung gondola juga akan menyanyikan lagu khas italia sesuai permintaan.
![]() |
Gondola |
Berkunjung ke Venezia tidak lengkap berkunjung ke San Marco Square yang megah. Bangunan yang luar biasa ini bisa dibilang satu-satunya yang besar dan megah di Venezia. Tidak bisa terelakan bahwa San Marco simbol pariwisata dari Venezia. Namun tentu saja masih banyak hal yang menjadi daya tarik dari kota yang berjuluk kota kanal ini. Yaitu festival-festival di Venezia yang telah menjadi bagian dari kebudayaan kota ini.
![]() |
Basilica San Marco |
Setelah lama tidak dirayakan, pemerintah Italia berusaha menghidupkan kembali karnaval ini pada tahun 1979 dengan maksud untuk membawa kembali sejarah dan kebudayaan Venezia. Saat ini, sekitar 3 juta pengunjung turis datang setiap hari untuk menyaksikan karnaval tersebut. Salah satu hal yang paling penting dari karnaval tersebut adalah pemilihan topeng terbaik pada minggu terakhir karnaval. Yang menjadi juri untuk pemilihan ini biasanya adalah desainer kenamaan dunia.
Sayangnya ketika saya berkunjung saat itu tidak bertepatan dengan karnaval yang telah diadakan pada bulan Februari lalu. Namun, toko dan penjual souvenir di Venezia masih banyak yang menjual topeng dan kostum. Harganya pun bervariasi, dari yang hanya 15€ sampai ratusan Euro. Topeng pun kini telah menjadi komoditi bagi Kota Venezia. Topeng Venesia dapat dibuat dalam kulit atau dengan teknik kaca asli. Topeng asli dibuat agak sederhana dalam desain dan dekorasi dan sering memiliki fungsi simbolis dan praktis. Sekarang ini, kebanyakan topeng dibuat dengan aplikasi gesso dan daun emas, semuanya di cat tangan dan mengunakan hiasan bulu alami dan permata. Namun, kebanyakan topeng yang dijual di toko-toko souvenir pada umumnya tidak terbuat dari bahan-bahan yang dipakai pada topeng asli.
![]() |
Venetian Mask Shop |
Selain karnaval ada La Biennale, sebuah festival kesenian yang dirayakan tiap tahun bernomor ganjil di venezia sejak tahun 1895. Hal yang ditampilkan dan dipromosikan adalah seni terbaik yang ada di Italia termasuk lukisan, patung, desain, film dan masih banyak lagi. Festival lain yang cukup populer adalah Venezia Festival Film yang merupakan festival film internasional yang bergengsi sekaligus tertua di dunia. Festival ini didirikan oleh Giuseppe Volpi pada tahun 1932 dengan nama "Esposizione Internazionale d'Arte Cinematografica" dan diadakan rutin setiap tahunnya di Lido, Venezia, Italia.
Pesona Venezia di Film Hollywood
Venezia adalah tempat yang cantik dan unik, sehingga digunakan puluhan bahkan mungkin ratusan judul film mengambil Venezia sebagai latar belakang film mereka. Sebut saja film klasik Othello (1952), film legendaris James bond “Moonraker” (1979), The Talented Mr. Ripley (1999), The Italian Job (2003), hingga film yang dibintangi oleh aktris Angelina Jolie dan aktor Johnny Depp yaitu The Tourist (2010).
![]() |
Hotel Danieli |
Digambarkan dalam film tersebut Elise (Jolie) dan Frank (Depp) bertemu dalam perjalanan kereta dari Paris ke Venezia. Setibanya di Venezia mereka menaiki water taxi dan berhenti tepat di di depan hotel lux tersebut. Hotel yang terletak di dekat San Marco Square dan The bridge of Sighs ini telah didirikan pada abad ke-14 dan telah terkenal sejak dulu sebagai hotel yang mewah dan romantis dengan dekorasi yang menampilkan hiasan hand-made dari kristal Murano khas asal Venezia, marmer, dan barang-barang antik yang cantik. Tentu saja biaya untuk semalamnya tidaklah murah. Anda harus siap merogoh kocek mulai US$719 atau sekitar Rp 8,7 juta per malam. Selain The Tourist, Moonraker (James Bond) juga menggunakan Hotel Danieli sebagai salah satu setting filmnya.
![]() |
Cafe Florian |
Menarik juga duduk di tempat yang pernah juga menjadi tempat nongkrong paling hits jaman orang-orang terkenal jaman dulu. Namun, siapkan budget untuk menikmati San Marco Square sambil menyeruput teh atau kopi di kafe yang juga berjuluk “High Price Café”. Harga secangkir kopi disana bisa mencapai 11 euro.
Kristal Murano yang lucu dan Muahal...
Venezia sendiri terdiri dari beberapa pulau kecil yang juga tak kalah uniknya. Misalnya saja Pulau Murano. Seandainya saya punya waktu lebih banyak di Venezia, saya pasti bisa ke pulau-pulau terdekat di Kota Venezia seperti Pulau Murano yang merupakan pulau tempat pengerajin Kristal Murano. Namun, saya hanya punya waktu satu hari untuk saat ini. Tapi tentu saja saya akan kembali suatu saat untuk menikmati indahnya romantika Venezia.
![]() |
Kristal Murano yang harganya selangit :) |
Imigran dan Venezia
Menyusuri labirin jalanan di Venezia memang sangat menarik. Namun, jika tidak teliti dengan jalanan, bisa jadi Anda akan tersesat karena jalanan tampak sama. Sepanjang mata memandang, jalanan dipenuhi dengan toko-toko yang menjual barang bermerek dan souvenir khas Venezia. Mata pencaharian penduduk 'kota air' ini kebanyakan berhubungan dengan pariwisata contohnya, sebagai pengerajin kerajinan tangan, pendayung gondola, penjual souvenir, pengelola restoran dan lain-lain. Pariwisata di kota Venezia sepertinya memang sudah menjadi industri yang dapat menghidupi para penduduknya. Venezia yang dikunjungi oleh sekitar 50.000 turis per hari itu tentu saja menjadi daya tarik sendiri para imigran para pencari kerja yang ingin mengadu peruntungan. Ada yang legal, namun banyak pula yang ilegal.
Apalagi dengan adanya revolusi di negara-negara Afrika Utara yang mengakibatkan gelombang imigran ke Italia semakin besar. Negara asal imigran tersebut misalnya berasal dari Tunisia, Maroko atau pun Aljazair. Jika mereka illegal, tentu agak sulit mendapatkan pekerjaan. Sepanjang perjalanan saya di Venezia, banyak sekali imigran asal afrika menjajakan tas-tas aspal bermerek (asli tapi palsu) untuk para turis yang lalu lalang di jalanan Venezia. Mereka memang membidik para turis apalagi turis mancanegara karena orang Italia sendiri jarang yang ingin membeli barang-barang aspal itu sendiri. Tentu saja tas aspal tersebut dijual dengan harga miring, namun kualitasnya siapa yang menjamin.
Selain dari Negara-negara Afrika, banyak juga saya jumpai imigran asal Bangladesh, India ataupun Cina. Rata-rata mereka disana berprofesi sebagai penjual souvenir atau buah di stal-stal sederhana di pinggir jalan.
Penginapan
Setelah berkeliling sebentar untuk meilihat keadaan di sekitar kota Venezia, saya kemudian menuju hotel saya yang kebetulan tidak berada di tengah kota. Saya memilih hotel di luar kota Venezia karena pada umumnya hotel di Venezia mahal sekali. Untuk mendapatkan hotel atau hostel yang bersih dan nyaman tidak murah seperti kota-kota wisata pada umumnya. Maka dari itu saya memilih hotel di luar Venezia. Ada dua kota yang berada bersebelahan dengan kota Venezia yaitu Marghera dan Maestre. Hotel saya terletak di Marghera, hanya membutuhkan 10 menit dengan bus dari Piazzale Roma ke Hotel saya (berhenti tepat di depan hotel). Bus yang saya tumpangi adalah nomor 6 dengan biaya sekitar 1.3 €.
Sebagai perbandingan harga, harga satu kamar di hotel bintang 2 di jantung kota Venezia bisa berkisar 50-80 €. Dengan catatan kamar mandi tidak berada di dalam. Jika Anda budget traveler, bisa juga memilih hostel dengan tipe dorm (satu kamar dengan tamu yang lain 4 – 6 orang) dengan biaya 18 – 30 €, namun kadang belum termasuk handuk, sprei bersih, locker dan lain-lain. Untuk fasilitas tersebut Anda harus menambah biaya sendiri sesuai kebutuhan.
Jika menginap di sekitar Venezia seperti di Marghera, kisaran hotel Bintang 3 antara 40-80€ untuk kamar double bed dengan kamar mandi dalam, handuk, dan sprei bersih. Dan kamar sekitar 14-18€ yang sudah lengkap seprei, selimut, locker, dan kamar mandi dalam juga Wi-Fi gratis di lobi hotel/hostel. Dan jangan kuatir mengenai transport dari Piazzale Roma ke Marghera, bus tersedia setiap 20 menit sebelum tengah malam dan setelah tengah malam pun bus masih ada setiap jam.
Tulisan ini pernah dipublikasikan di Harian Republika, tanggal 17 April 2012
Thursday, August 30, 2012
Berkunjung ke "Ibukota" Seni Italia, Firenze
Kota Roma boleh saja disebut
sebagai ibukota pemerintaahan negara Italia, namun bisa dikatakan ibukota
Italia untuk seni dan budaya adalah Florence atau juga dikenal sebagai Firenze,
karena disinilah tempat mahakarya seni Italia disimpan dan dilestarikan.
Sore itu, saya sedang berada di
depan Stasiun Santa Maria Novella, stasiun kereta utama di Firenze nama lain
dari kota Florence. Tapi kali ini saya tidak ingin naik kereta, melainkan saya
menunggu bus yang memang lewat di depan stasiun untuk ke kediaman teman saya di
Firenze.
Bus di Firenze ini seperti
umumnya bus yang ada di Italia, teratur, punya rute sendiri, dan hanya berhenti
di halte yang telah ditentukan. Dan akhirnya datang juga bus yang saya tunggu. Karena
saya tidak memiliki kartu langganan, saya harus membeli tiket bus sekali jalan
dari supir bus dengan harga 2 euro.
Sesampainya di apartemen teman
saya tersebut, saya disambut dengan hidangan khas Italia. Ternyata ia dan
seorang temannya sudah menyiapkan makan malam sederhana. Orang Italia biasanya menikmati makan malam sekitar
pukul 20.00 dan sepertinya kedatangan saya tepat waktu. Kebetulan saya juga lapar karena hampir seharian saya berkeliling
Firenze.
Sepanjang makan malam, kami
berbincang-bincang ringan. Menu kami malam itu risotto dan ayam panggang.
Risotto adalah nasi yang dimasak dengan kaldu sampai lunak. Biasanya risotto ini disajikan sebelum makanan utama
disajikan. Tapi malam itu kami makan dengan free style alias suka-suka aja.
Saya pun bercerita tentang
perjalanan saya sepanjang siang berkeliling kota Firenze dengan berjalan kaki.
Kota ini memang terkenal dengan situs-situs bersejarah yang letaknya berdekatan
satu sama lain sehingga dapat dijelajahi dengan berjalan kaki. Jadi setelah
membeli peta dan menitipkan koper saya di penitipan barang yang tersedia
stasiun, saya langsung melangkahkan kaki menuju situs yang terkenal dan paling
dekat dengan stasiun Santa Maria Novella di Firenze yaitu Kathedral atau yang
dikenal dengan The Duomo yang merupakan gereja terbesar keempat di Eropa. Jika ingin masuk ke dalam gereja yang menjadi
salah satu simbol Kota Firenze tersebut sebenarnya gratis, namun jika ingin
masuk ke dome maka anda harus
membeli tiket sebesar 8 euro.
![]() |
The Duomo |
Firenze adalah kota yang indah.
Kota yang yang dapat dikatakan kota asal para maestro kesenian kenamaan dunia
seperti Donatello, Leonardo Da Vinci dan Michaelangelo ini, menyimpan pesona
yang luar biasa bagi Anda yang menyukai seni. Begitu memasuki kota Firenze,
Anda akan merasakan betapa indahnya kebudayaan "Renaissance" yang
begitu kental tercermin dari arsitektur bangunan dan situs-situs bersejarah
yang begitu dilestarikan oleh pemerintah dan masyarakat Italia sebagai bentuk
kebanggaan terhadap kebudayaannya.
![]() |
Piazza Della Signoria |
Selain ke The Duomo, saya juga
menyempatkan diri ke Piazza Della Signoria, sebuah tempat seperti alun-alun
kota yang dibangun sekitar abad ke-13, menjadi tempat berkumpulnya warga
Firenze sejak dulu hingga kini. Piazza Della Signoria terletak di depan Palazzo
Vecchio, yang merupakan
balaikota yang elegan di wilayah Tuscany. Piazza Della Signoria tidak hanya
‘berperan’ sebagai sebuah alun-alun kota Firenze, namun juga sebagai layaknya
‘open air’ museum dimana terdapat banyak patung-patung terkenal karya seniman
tersohor asal Italia. Diantaranya terdapat
duplikat patung yang menjadi simbol kota Firenze, yaitu “The David” yang
merupakan mahakarya dari seniman Michaelangelo yang termasyur. Namun, jika Anda
penasaran dimana disimpan patung “The David” yang asli, maka Anda harus mengunjungi
Accademia Gallery di Kota Firenze dan untuk memasuki museum ini anda harus
membeli tiket 9,5 Euro.
![]() |
Copy of The David |
Ponte Vecchio
Setelah berputar-putar di
Palazzo Vecchio, saya pun beranjak menuju Ponte Vecchio (Jembatan Vecchio atau
“Old Bridge”) yang terletak di belakang bangunan tersebut. Kota Firenze
merupakan sebuah kota yang dibelah oleh Sungai Arno. Jadi, tidak lengkap
rasanya jika tidak mampir ke Ponte Vecchio. Jembatan ini adalah jembatan paling
terkenal di Firenze dari enam jembatan yang menghubungkan kedua sisi kota
Firenze tersebut.
![]() |
Vecchio |
Kenapa Ponte Vecchio menjadi
begitu terkenal? karena selain diyakini sebagai jembatan tertua di wilayah
tersebut yakni dibangun pada jaman romawi, juga jembatan ini merupakan
satu-satunya jembatan di Sungai Arno yang tidak dihancurkan pada masa Perang
Dunia II. Perintah ini konon merupakan perintah langsung dari Adolf Hitler,
pada saat pendudukan Jerman di Firenze. Saat itu, daripada menghancurkan
jembatan mereka memilih untuk memblokir akses dengan menghancurkan gedung-gedung
di kedua sisi sungai Arno.
Jika pada masa abad ke-15,
sekitar jembatan tersebut banyak dipadati oleh penjual sayur, daging dan ikan,
maka sekarang daerah tersebut dikenal dengan banyak toko-toko yang menjual
perhiasan terutama emas, benda seni dan souvenir.
Kotanya Para Seniman
Bisa dikatakan Firenze merupakan
sebuah museum seni berukuran kota, karena setiap sudut kota menghembuskan aroma
keindahan seni Italia khas Firenze. Tidak saja dari arsitektur bangunannya dan
patung-patung karya seniman legendaris, namun juga seniman-seniman ‘jaman
sekarang’ yang turut memeriahkan jalanan kota Firenze. Saat itu saya berjumpa
dengan banyak sekali seniman jalanan, dari mulai human statue, penyanyi jalanan hingga seniman yang
melukis jalanan layaknya sebuah kain kanvas.
Untuk penyanyi jalanan tentu
saja Anda tidak akan berjumpa dengan pengamen yang asal-asalan bernyanyi,
kebanyakan dari mereka memiliki suara bagus atau bisa memainkan alat musik
dengan baik. Kalau sudah begitu, tentu saja para pejalan kaki yang lalu lalang
akan memberikan koin euro mereka atau bahkan berhenti sejenak untuk sekedar
menikmati hiburan murah di jalan.
Rendezvous Menikmati Malam
Setelah menikmati makan malam dan
cerita perjalanan saya tentunya, teman saya mengajak keluar untuk menikmati
Firenze waktu malam. Menurutnya, malam ini waktu yang tepat untuk keluar karena
bertepatan dengan akhir pekan. Saya pun tertarik untuk mengetahui sudut kota
Firenze yang dikenal sebagai tempat ‘gaul’ anak muda di Firenze yaitu Piazza
Santo Spirito.
Tempat yang berada di depan
gereja Santo Spirito ini memang kerap dikunjungi para muda-mudi Kota Firenze
untuk bersosialisasi dan menikmati live music. Makin malam makin ramai, saya saja
sampai sulit bergerak. Sepertinya semua anak muda di kota ini tumplek blek di wilayah ini. Ada beberapa kafe dan
restoran yang berdekatan disitu. Kami memilih untuk menempati teras kafe dan
berbincang-bincang menikmati malam. Suasana yang mengesankan karena saya
berkesempatan bertemu dengan banyak orang tidak hanya orang asli Italia, namun
juga dari negara lain, saya bertemu dengan teman dari Columbia dan Yunani.
Tempat yang bagus untuk bertemu dengan orang-orang yang tidak biasa saya jumpai
sehari-hari. What a great night :)
Malam makin larut dan waktunya
pulang. Sebelum kembali ke rumah, kami mampir dulu di bukit Michaelangelo.
Tempat ini amat direkomendasikan untuk Anda yang ingin menikmati Firenze waktu
malam dari atas bukit. Tempat ini memang berdataran tinggi. Sehingga kita dapat
melihat pemandangan kota Firenze dari atas. Sangat cantik di waktu malam karena
pemandangan kota dihiasi dengan lampu-lampu bagaikan gugusan bintang di langit.
Romantis sekali ya.
Berkeliling Kota Bak
Bangsawan
Ada alternatif lain menikmati
Kota Firenze yaitu dengan menaiki kereta kuda. Anda akan merasakan romantisme
kota bak bangsawan dengan kereta kuda nan mewah yang akan mengajak Anda untuk
menyusuri lorong-lorong jalanan utama dan tepi sungai Firenze. Jalur yang biasa
dilewati antara lain The Duomo, Piazza Della Signoria dan Santa Croce. Ongkos kereta kuda untuk
berkeliling sekitar 1 jam tersebut adalah mulai dari 60 euro.
Begitu menaiki
kereta, Anda akan mendapat satu botol anggur Tuscany dan satu botol air mineral
yang termasuk dalam paket perjalanan. Kereta dapat diisi maksimal 4 orang
dewasa dan jam keberangkatannya juga dapat disesuaikan tergantung permintaan,
jadi disarankan untuk memesan dulu sebelumnya atau dapat menghubungi kantor
pariwisata Firenze yang terdapat di depan Stasiun Santa Maria Novella untuk
informasi.
The most famous Italian
monuments: Pisa Tower
![]() |
Holding PISA |
Kota Firenze dan Pisa sama-sama terletak di
Tuscani. Jadi, jika Anda sudah sampai di wilayah ini, jangan lupa menyempatkan
diri untuk mengunjungi menara miring Pisa yang merupakan menara fenomenal
sekaligus landmark Kota Pisa,
Italia. Cara ke Kota Pisa sangatlah mudah dan murah. Anda dapat menaiki bus
Autostradale atau Terravission yang menuju Airport Galileo Galilei di Kota
Pisa. Tiket dapat dibeli di toko-toko sekitar Stasiun Santa Maria Novella di
Firenze seharga 6 euro untuk tiket sekali jalan atau 9 euro untuk tiket pulang
pergi. Perjalanan dari Firenze ke airport Pisa sekitar 1 hingga 1,5 jam. Dari
airport Pisa ke pusat kota hanya butuh lima menit dengan bus kota yang
berangkat dari airport Pisa yang berangkat setiap 10 menit.
Menara yang pernah menjadi bagian dari tujuh
keajaiban dunia ini sebenarnya tidak sengaja dibangun untuk condong, namun pada
saat pembangunannya struktur tanah di sekitar pondasi menara tersebut berkurang
kekuatannya kemudian mengakibatkan amblas dan menara menjadi miring.
Menara ini terletak di Piazza del Duomo dan
merupakan bangunan ketiga setelah katedral dan Baptistry. Saya sempat bersantai
di lapangan hijau di halaman kompleks tersebut. Menarik sekali memperhatikan
turis-turis yang datang disana, kebanyakan mereka mengambil foto dan
mengabadikan diri mereka di depan menara dengan pose “mendorong” atau “menahan”
Menara Pisa agar tidak jatuh. Seru melihatnya, membuat saya tidak mau
ketinggalan untuk memiliki foto dengan pose tersebut. Say “PISA”!!!
Cita Rasa Kuliner Italia
Jika Anda pecinta penggemar Spaghetti,
sepertinya tidak afdol jika tidak mencoba makanan yang satu ini di negeri
tempat asalnya. Pasti penasaran juga kan bagaimana bedanya Spaghetti di Itali
dan yang sering kita makan di Indonesia. Sebenarnya sederhana saja
perbedaannya, jika di Asia (termasuk Indonesia) sepertinya sering didapati
orang makan saus dengan Spaghetti. Sementara di Itali, orang memakan Spaghetti
dengan saus, maksudnya disini adalah orang Itali memakan Spaghetti dengan saus
secukupnya dan diusahakan pastanya tidak ‘tenggelam’ di saus. Dan benar saja,
saat saya mencicipi Spaghetti ala Italia, memang terjaga cita rasa pasta dan
rempah bumbunya dan tidak tertutup oleh saus keju atau saus sambal yang mungkin
tidak akan anda dapatkan di restoran di Italia. Nah, nantinya Anda yang
menentukan lebih suka pasta Italia asli atau yang sudah diadaptasi dengan rasa
Indonesia?
Satu lagi panganan khas Italia, yaitu Pizza.
Di setiap restoran Anda hampir dipastikan akan menemukan menu makanan yang satu
ini. Percaya atau tidak sepanjang perjalanan saya di Italia, setiap hari saya
mampir ke coffee shop dan selalu memesan Pizza. Mamamia!
Tiramisu dan cappuccino adalah duet maut
bagi Anda yang suka nongkrong di kafe Italia. Ketika saya di Pisa, sepertinya
saya mencicipi tiramisu yang terlezat dan menyeruput cappuccino yang paling
enak yang pernah saya rasakan. Kabarnya orang Italia sangat bangga dan
mengklaim bahwa mereka adalah pemilik cita rasa tiramisu dan cappuccino paling yahud di dunia. Jadi tidak ada salahnya Anda membuktikan
hal tersebut. Buon appetito!
Bagaimana ke Firenze?
Setau saya tidak ada penerbangan langsung
dari Indonesia ke Italia. Namun, Anda dapat menggunakan rute Jakarta –
Amsterdam (Belanda) dengan menggunakan KLM atau Garuda. Bisa lebih hemat jika
mendapat harga promo mereka, yaitu sekitar Rp 9 -10 Juta untuk tiket pulang
pergi. Dari Amsterdam, Anda dapat menggunakan maskapai Transavia (budget
airline) menuju kota-kota di Italia.
Antar kota di Italia, kita bisa menggunakan kereta cepat Trenitalia.
Pembeliannya bisa secara online di www.trenitalia.com
atau langsung datang ke loket di stasiun, harganya tidak berbeda koq, kecuali
kalau memang mau mengejar harga promo bisa cek ke website tersebut.
Harga tiket saya waktu itu dari Stasiun Venezia Mestre ke Stasiun Firenze St.
Maria Novella sebesar 43 Euro.
Categories
Cappucino
,
Firenze
,
Florence
,
Ibukota
,
italia
,
PISA
,
Pizza
,
Santa Maria Novella
,
Santo Spirito
,
seni
,
Seniman Jalanan
,
Sungai Arno
,
Tiramisu
,
Vecchio
Subscribe to:
Posts
(
Atom
)