Thursday, December 6, 2012

My story at Okezone.com

Posted by ajeng at 11:31 AM 0 comments
I just realized that my writing about SEX MUSEUM in Amsterdam, got published at okezone.com :)

Check this out ;p

http://travel.okezone.com/read/2012/09/21/409/693154/amsterdam-pusat-kesenangan-dan-kebebasan

Tuesday, September 18, 2012

FUN Amsterdam :)

Posted by ajeng at 4:15 PM 0 comments



Amsterdam Centraal Station




Akhirnya saya menginjakan kaki di stasiun terbesar dan tersibuk di ibukota Belanda yaitu Amsterdam Centraal Station. Disebut Centraal (sentral) bukan hanya karena terletak di pusat kota, namun juga sebagai tempat persilangan berbagai transportasi umum yang melayani penduduk kota ataupun pelancong yang sedang melakukan perjalanan. Rata-rata setiap harinya terdapat sekitar 250.000 orang datang dan pergi melalui stasiun kereta itu.
Jika Anda tiba di Amsterdam melalui stasiun ini, otomatis tidak akan sulit menemukan pelbagai moda transportasi menuju berbagai tujuan disana. Ada perberhentian tram, metro dan bus di sekitar stasiun tersebut, bahkan di depannya ada juga dermaga untuk moda transportasi air yang melintasi kanal-kanal kota.
Bagi para turis yang baru pertama kali ke kota ini, di depan stasiun terdapat Amsterdam Tourist Office dimana kita bisa mendapatkan berbagai informasi mengenai tempat-tempat wisata dan apapun yang berkaitan tentang Amsterdam. 

Kantor turis yang buka dari pukul 9.00 hingga 18.00 ini juga menyediakan I amsterdam city card bagi Anda yang ingin menikmati kota ini untuk selama 24, 48 atau 72 jam. Dengan membeli kartu ini, Anda dapat berhemat biaya keliling kota karena Anda dapat menaiki berbagai transportasi umum (tram, bus dan metro) di Amsterdam dengan tidak terbatas selama waktu yang telah ditentukan dan akan mendapat berbagai diskon masuk ke tempat-tempat wisata yang telah ditunjuk.

Green City
Amsterdam merupakan gambaran kota yang unik dan menarik dengan pemandangan kota yang penuh dengan peninggalan sejarah, jadi tidak heran jika kota ini menjadi tujuan wisata favorit di kawasan Eropa. Untuk menjaga kelestarian dan keindahan kota, pemerintah Belanda sepertinya banyak berupaya untuk membebaskan Amsterdam dari polusi. Diantaranya dengan membuat transportasi umum yang terintegrasi dan tentu saja membangun lalu lintas sepeda. Disini terdapat 400 kilometer jalur sepeda beserta jalan yang ditunjuk untuk bersepeda. Sebagian besar jalur tersebut memiliki rambu lalu lintas tersendiri misalnya rambu "Uitgezonderd" yang artinya kecuali, yang ingin menunjukkan bahwa hanya sepeda dan skuter yang dikecualikan dari peraturan lalu lintas.  

Pengendara sepeda di Amsterdam juga memiliki fasilitas parkir gratis hampir dimana saja bahkan kini sudah ada garasi sepeda terbesar yang dibangun di dekat Amsterdam Centraal Station (Fietsflat) yang dapat menampung 2.500 sepeda tentu saja dengan fasilitas gratis parkir sampai dengan 14 hari. Hal ini menunjukkan betapa seriusnya pemerintah mengurangi jumlah mobil di kota yang sering disebut sebagai Ibukota Sepeda dunia ini. Tentu saja jika anda membawa mobil di Amsterdam siap-siaplah  merogoh kocek yang dalam untuk parkir yaitu sebesar 7 euro per jam.


Sebagai turis, Anda dapat menyewa sepeda hampir di setiap sudut kota. Rata-rata harga untuk menyewa seharian adalah 8 euro. Tentu harga ini lebih murah dibandingkan dengan menaiki transportasi umum. Namun, jika Anda belum terbiasa mengendarai sepeda disini, tentu saja akan sedikit bingung karena lalu lintas sepeda disini lumayan ramai terutama di jam sibuk. Ingatlah untuk selalu memperhatikan rambu-rambu dan nyalakan lampu sepeda jika berkendara di malam hari.

Take me to the Coffee Shop

Berkeliling kota besar yang ramai seperti Amsterdam pasti melelahkan, tentu kita dapat berhenti sebentar di coffee shop yang banyak tersebar di pinggir kanal. Bagi penyuka kebebasan, mungkin disini merupakan surga dunia. Berbagai bentuk kebebasan dilakukan dengan damai dan dalam lindungan hukum. Salah satunya adalah kita dapat membeli marijuana atau ganja dengan legal dalam jumlah terbatas di bar Amsterdam yang berlabel coffee shop. Harga per satu gramnya sekitar 8 euro. Itulah salah satu bentuk kebebasan di negara kincir angin ini. 

Namun kabarnya, aturan hukum Belanda akan melarang turis asing membeli ganja di negeri oranje ini di tahun depan. Hal ini menyusul kekhawatiran bahwa banyak turis yang masuk ke negeri ini hanya untuk mengisap narkoba tersebut dan bahkan memperjualbelikannya kembali di negara asal mereka. Peraturan hukum ini tentu saja mendapat tentangan dari berbagai kelompok asosiasi pemilik kafe yang menganggap aturan ini bersifat diskrinatif terhadap warga asing dan tentu saja akan menurunkan keuntungan mereka.

Sex Museum Amsterdam

Ibukota Negara kincir angin ini memang kaya dengan berbagai museum seperti museum tempat lukisan karya pelukis kenamaan Belanda disimpan yaitu Van Gogh Museum, ataupun Rijksmuseum yang merupakan museum nasional Belanda yang menyimpan berbagai benda seni dan lukisan terkenal di dunia. Tapi jika Anda ingin sedikit berpetualang dengan keunikan dan kebebasan kota ini, Anda bisa mengunjungi Sex Museum Amsterdam yang berada di jantung kota.  Terletak di daerah red district yang terkenal, museum ini memperlihatkan sejarah seks manusia sejak dulu hingga kini. Museum yang hanya terbuka untuk pengunjung berusia 16 tahun keatas ini berisi ratusan benda-benda seni, pahatan, film, lukisan, foto dan buku-buku mengenai seks sepanjang jaman dari berbagai Negara.

Namun, jangan langsung berpikiran kotor tentang museum ini. Justru museum menghadirkan sedikit unsur humor kepada para pengunjungnya. Anda cukup mengeluarkan biaya 4 euro untuk dapat masuk ke dalam dan menikmati museum ini dengan cara yang cukup menyenangkan. Mungkin Anda dan teman-teman Anda akan tertawa geli dengan beberapa benda yang didisplay dengan sedikit “nyeleneh” dan membuat Anda kaget. Museum yang terletak di Damrak Street ini buka setiap hari dari pukul 09.30 – 23.30.

Kroket Dinding

 
Tidak heran Amsterdam menjadi kota favorit kunjungan turis karena dikenal sebagai kota yang menyenangkan. Berkeliling kota yang seru ini bisa bikin perut keroncongan. Namun jangan kuatir, di kota ini Anda dapat membeli makanan khas Belanda seperti kroket atau frinkandel yang di jual dengan vending machine atau dikenal dengan FEBO, sebuah jaringan makanan cepat saji dan minuman yang dioperasikan dengan mesin koin yang banyak tersebar di sudut-sudut Kota Amsterdam.

Saat Anda kelaparan di jalan, Anda tinggal masukkan koin euro sebanyak harga yang tertera untuk setiap jenis makanan dan voila! jendela kecil di dinding pun terbuka dan sepotong kroket siap Anda santap. Kabarnya mesin pintar ini hanya akan Anda temukan di Belanda khususnya Amsterdam.

Tulisan ini pernah dimuat di harian Seputar Indonesia tanggal 21 September 2012

Friday, September 7, 2012

'Cita-Citaku Setinggi Tanah' the movie

Posted by ajeng at 4:17 PM 1 comments
You guys might love this movie!  Directed by one of young talented Indonesian movie directors - Eugene Panji, Cita-Citaku Setinggi Tanah (CCST) is not just another movie about kids & their dreams :)

3 main reasons why YOU SHOULD watch this movie:

  1. With its own way, this movie inspires Indonesian kids to make a real step or efforts to realize their dream whatever it is.
  2. By watching this movie, you are also helping kids with cancer because 100% of the ticket sales will be donated to one of children with cancer foundations in Indonesia (YKAKI)
  3. All film crew (except cameramen) and most of the casts (including children cast) are new comers in the industry. They had undergone training for about one year to be as professional actor or crew as can be (from zero to somebody). 
Dont forget to watch this movie at cinema across Indonesia starting from October 11, 2012.  For those who can't understand Bahasa, don't worry because this movie provides English subtitles:)



Genre: Drama
Writer: Satriono
Producer: Meilany Adolfin Runtuwene, Eugene Panji
Director: Eugene Panji
Production Co: Humanplus Production
Cast: M Syihab Imam Muttaqin, Rizqullah Maulana Daffa, Iqbal Zuhda Irsyad, Dewi Wulandari Cahyaningrum, Nina Tamam, Agus Kuncoro, Donny Alamsyah


TRAILER

http://www.youtube.com/watch?v=ugVsmu4LqUo

TESTIMONIAL



Monday, September 3, 2012

Menikmati Satu Hari di Venezia

Posted by ajeng at 3:01 PM 0 comments
Inilah pertama kalinya saya menginjakan kaki di kota Venezia. Turun dari shuttle airport di terminal bus Piazzalle Roma, saya langsung disambut dengan angin malam. Kebetulan saya berangkat dari Charleroi Belgia menuju Treviso Venezia, maskapai yang saya gunakan adalah Ryan Air dengan tarif promo 30.99 Euro sudah termasuk admin fee dan bagasi 15 kg. Sementara, shuttle bus dari airport ke Piazale Roma (terminal bus di Venezia) 7 Euro. Tiket ini bisa dibeli di atas pesawat Ryan Air karena ini merupakan salah satu fasilitas terintegrasi dari airport menuju ke Kota Venezia (waktu tempuh sekitar 1 jam 10 menit). 



Saat itu memang tidak terlalu dingin karena sudah masuk musim Semi. Waktu menunjukkan pukul 22.00 waktu setempat. Cukup larut bagi saya untuk tiba di kota asing. Namun, menurut teman saya yang orang Italia, Venezia adalah kota yang relatif aman untuk turis bahkan di larut malam sekalipun. Ketika saya tiba masih banyak orang yang lalu lalang dan kebanyakan memang turis yang jalan-jalan menikmati Venezia waktu malam dengan pergi ke klub, restoran atau duduk-duduk di tepi dermaga. 


Pagi hari saatnya menjelajahi kota Venezia. Saya mampir di kafe terdekat untuk menikmati sarapan khas orang Italia, yaitu sepotong Croissant dan secangkir capucino. Hati-hati memilih tempat makan di Venezia yang termasuk kota termahal di dunia, apalagi jika Anda adalah budget traveler. Coba lah memilih kafe yang tidak terlalu strategis tempatnya dengan pusat atraksi untuk turis. Harga sarapan saya saat itu 5 euro, tergolong tidak terlalu mahal untuk ukuran Venezia.

Kota ini yang luasnya 412 km2 ini hanya bisa dijelajahi dengan jalan kaki atau perahu. Bagi tamu dari luar kota yang membawa mobil, disediakan tempat parkir khusus di dekat terminal bus Piazzale Roma dengan tarif parkir sekitar 1€/ jam. Jadi, setelah menitipkan mobil di parkir khusus tersebut, para turis bisa jalan kaki memasuki kota Venezia.


Untuk transportasi, praktis semuanya via air. Jika kaki lelah, kita bisa menggunakan Vapporeto atau bus air untuk mencapai lokasi yang dituju. Tiketnya sekitar 6€ sekali jalan yang bisa dibeli di loket dekat dermaga bus air. Sistemnya seperti angkutan umum lain, jangan lupa untuk mengetahui di dermaga mana kita harus turun. 
Vapporeto - Bus Air

Adalagi yang namanya Water Taxi. Transportasi ini lebih nyaman tentunya karena melayani secara khusus untuk Anda seperti taksi pada umumnya. Namun untuk naik trasportasi jenis ini Anda harus siap-siap dengan harga yang selangit, misalnya layanan water taxi dari airport ke hotel di Venezia tarif normalnya adalah 100€ sekali jalan. Bukan harga yang murah ya :)

Halte bus
 


Jangan lupa gondola yang menjadi khas kota ini. Namun, untuk menaiki perahu dan berkeliling kanal-kanal Venezia bak raja dan ratu anda harus merogoh kocek agak dalam yaitu 80€ / 40 menit. Selain akan mengayuh perahu untuk Anda, pendayung gondola juga akan menyanyikan lagu khas italia sesuai permintaan.


Gondola

Berkunjung ke Venezia tidak lengkap berkunjung ke San Marco Square yang megah. Bangunan yang luar biasa ini bisa dibilang satu-satunya yang besar dan megah di Venezia. Tidak bisa terelakan bahwa San Marco simbol pariwisata dari Venezia. Namun tentu saja masih banyak hal yang menjadi daya tarik dari kota yang berjuluk kota kanal ini. Yaitu festival-festival di Venezia yang telah menjadi bagian dari kebudayaan kota ini.



Basilica San Marco
Venezia memiliki jadwal festival yang sangat padat, sehingga kota ini tidak pernah sepi dari para turis yang datang ke kota ini. Yang paling terkenal adalah Karnival Venezia dimana pesertanya memakai kostum dan topeng. Karnaval ini dimulai 40 hari sebelum hari Paskah dan berakhir pada Shrove Selasa (Fat Selasa atau Martedì Grasso), sehari sebelum Rabu Abu. 

Setelah lama tidak dirayakan, pemerintah Italia berusaha menghidupkan kembali karnaval ini pada tahun 1979 dengan maksud untuk membawa kembali sejarah dan kebudayaan Venezia. Saat ini, sekitar 3 juta pengunjung turis datang setiap hari untuk menyaksikan karnaval tersebut. Salah satu hal yang paling penting dari karnaval tersebut adalah pemilihan topeng terbaik pada minggu terakhir karnaval. Yang menjadi juri untuk pemilihan ini biasanya adalah desainer kenamaan dunia.




Sayangnya ketika saya berkunjung saat itu tidak bertepatan dengan karnaval yang telah diadakan pada bulan Februari lalu. Namun, toko dan penjual souvenir di Venezia masih banyak yang menjual topeng dan kostum. Harganya pun bervariasi, dari yang hanya 15€ sampai ratusan Euro. Topeng pun kini telah menjadi komoditi bagi Kota Venezia. Topeng Venesia dapat dibuat dalam kulit atau dengan teknik kaca asli. Topeng asli dibuat agak sederhana dalam desain dan dekorasi dan sering memiliki fungsi simbolis dan praktis. Sekarang ini, kebanyakan topeng dibuat dengan aplikasi gesso dan daun emas, semuanya di cat tangan dan mengunakan hiasan bulu alami dan permata. Namun, kebanyakan topeng yang dijual di toko-toko souvenir pada umumnya tidak terbuat dari bahan-bahan yang dipakai pada topeng asli.



Venetian Mask Shop

Selain karnaval ada La Biennale, sebuah festival kesenian yang dirayakan tiap tahun bernomor ganjil di venezia sejak tahun 1895. Hal yang ditampilkan dan dipromosikan adalah seni terbaik yang ada di Italia termasuk lukisan, patung, desain, film dan masih banyak lagi. Festival lain yang cukup populer adalah Venezia Festival Film yang merupakan festival film internasional yang bergengsi sekaligus tertua di dunia. Festival ini didirikan oleh Giuseppe Volpi pada tahun 1932 dengan nama "Esposizione Internazionale d'Arte Cinematografica" dan diadakan rutin setiap tahunnya di Lido, Venezia, Italia.

Pesona Venezia di Film Hollywood

Venezia adalah tempat yang cantik dan unik, sehingga digunakan puluhan bahkan mungkin ratusan judul film mengambil Venezia sebagai latar belakang film mereka. Sebut saja film klasik Othello (1952),  film legendaris James bond “Moonraker” (1979), The Talented Mr. Ripley (1999), The Italian Job (2003), hingga film yang dibintangi oleh aktris  Angelina Jolie dan aktor Johnny Depp yaitu The Tourist (2010).


Hotel Danieli
Sore itu, ketika menikmati semilir angin Venezia di dekat dermaga, seorang teman yang saya temui di Venezia ini menunjuk ke sebuah hotel yang kami lewati. Ternyata hotel itu adalah Hotel Danieli yang legendaris yang digunakan oleh beberapa judul film terkenal yang saya sebutkan tadi, antara lain film The Tourist. Film yang dibintangi oleh Jolie dan Depp tersebut mengambil setting Hotel Danieli untuk tempat menginap mereka selama di Venezia. 

Digambarkan dalam film tersebut Elise (Jolie) dan Frank (Depp) bertemu dalam perjalanan kereta dari Paris ke Venezia. Setibanya di Venezia mereka menaiki water taxi dan berhenti tepat di  di depan hotel lux tersebut. Hotel yang terletak di dekat San Marco Square dan The bridge of Sighs ini telah didirikan pada abad ke-14 dan telah terkenal sejak dulu sebagai hotel yang mewah dan romantis dengan dekorasi yang menampilkan hiasan hand-made dari kristal Murano khas asal Venezia, marmer, dan barang-barang antik yang cantik. Tentu saja biaya untuk semalamnya tidaklah murah. Anda harus siap merogoh kocek mulai US$719 atau sekitar Rp 8,7 juta per malam. Selain The Tourist, Moonraker (James Bond) juga menggunakan Hotel Danieli sebagai salah satu setting filmnya.


Cafe Florian
Adalagi Caffe Florian. Kafe yang terletak di Piazza San Marco merupakan kafe tertua di Italia yang berada di halaman piazza San Marco. Kita pun dapat menikmati indahnya sore di San Marco Square di teras kafe sambil mendengarkan alunan orkestra Italia yang syahdu. Karena lokasinya yang strategis, Caffe Florian sejak dulu menjadi tempat bertemu para tokoh-tokoh bersejarah seperti saat Ricardo Selvattico bertemu dengan teman-temannya untuk mengkonsep acara Venezia Biennale, yang sampai sekarang menjadi festival seni bertaraf internasional. Begitu pula para tokoh sastrawan baik lokal Italia maupun mancanegara yang pernah singgah di kafe ini antara lain Lord Byron,Goethe, Charles Dickens, Marcel Proust, Stravinsky dan Modigliani. 

Menarik juga duduk di tempat yang pernah juga menjadi tempat nongkrong paling hits jaman orang-orang terkenal jaman dulu. Namun, siapkan budget untuk menikmati San Marco Square sambil menyeruput teh atau kopi di kafe yang juga berjuluk “High Price Café”. Harga secangkir kopi disana bisa mencapai 11 euro.

Kristal Murano yang lucu dan Muahal...


Venezia sendiri terdiri dari beberapa pulau kecil yang juga tak kalah uniknya. Misalnya saja Pulau Murano. Seandainya saya punya waktu lebih banyak di Venezia, saya pasti bisa ke pulau-pulau terdekat di Kota Venezia seperti Pulau Murano yang merupakan pulau tempat pengerajin Kristal Murano. Namun, saya hanya punya waktu satu hari untuk saat ini. Tapi tentu saja saya akan kembali suatu saat untuk menikmati indahnya romantika Venezia.
Kristal Murano yang harganya selangit :)


Imigran dan Venezia 

Menyusuri labirin jalanan di Venezia memang sangat menarik. Namun, jika tidak teliti dengan jalanan, bisa jadi Anda akan tersesat karena jalanan tampak sama. Sepanjang mata memandang, jalanan dipenuhi dengan toko-toko yang menjual barang bermerek dan souvenir khas Venezia. Mata pencaharian penduduk 'kota air' ini kebanyakan berhubungan dengan pariwisata contohnya, sebagai pengerajin kerajinan tangan, pendayung gondola, penjual souvenir, pengelola restoran dan lain-lain. Pariwisata di kota Venezia sepertinya memang sudah menjadi industri yang dapat menghidupi para penduduknya. Venezia yang dikunjungi oleh sekitar 50.000 turis per hari itu tentu saja menjadi daya tarik sendiri para imigran para pencari kerja yang ingin mengadu peruntungan. Ada yang legal, namun banyak pula yang ilegal.




Apalagi dengan adanya revolusi di negara-negara Afrika Utara yang mengakibatkan gelombang imigran ke Italia semakin besar. Negara asal imigran tersebut misalnya berasal dari Tunisia, Maroko atau pun Aljazair. Jika mereka illegal, tentu agak sulit mendapatkan pekerjaan. Sepanjang perjalanan saya di Venezia, banyak sekali imigran asal afrika menjajakan tas-tas aspal bermerek (asli tapi palsu) untuk para turis yang lalu lalang di jalanan Venezia. Mereka memang membidik para turis apalagi turis mancanegara karena orang Italia sendiri jarang yang ingin membeli barang-barang aspal itu sendiri. Tentu saja tas aspal tersebut dijual dengan harga miring, namun kualitasnya siapa yang menjamin. 


Selain dari Negara-negara Afrika, banyak juga saya jumpai imigran asal Bangladesh, India ataupun Cina. Rata-rata mereka disana berprofesi sebagai penjual souvenir atau buah di stal-stal sederhana di pinggir jalan.

 

Penginapan 

Setelah berkeliling sebentar untuk meilihat keadaan di sekitar kota Venezia, saya kemudian menuju hotel saya yang kebetulan tidak berada di tengah kota. Saya memilih hotel di luar kota Venezia karena pada umumnya hotel di Venezia mahal sekali. Untuk mendapatkan hotel atau hostel yang bersih dan nyaman tidak murah seperti kota-kota wisata pada umumnya. Maka dari itu saya memilih hotel di luar Venezia. Ada dua kota yang berada bersebelahan dengan kota Venezia yaitu Marghera dan Maestre. Hotel saya terletak di Marghera, hanya membutuhkan 10 menit dengan bus dari Piazzale Roma ke Hotel saya (berhenti tepat di depan hotel). Bus yang saya tumpangi adalah nomor 6 dengan biaya sekitar 1.3 €. 




Sebagai perbandingan harga, harga satu kamar di hotel bintang 2 di jantung kota Venezia bisa berkisar 50-80 €.  Dengan catatan kamar mandi tidak berada di dalam. Jika Anda budget traveler, bisa juga memilih hostel dengan tipe dorm (satu kamar dengan tamu yang lain 4 – 6 orang) dengan biaya 18 – 30  €, namun kadang belum termasuk handuk, sprei bersih, locker dan lain-lain. Untuk fasilitas tersebut Anda harus menambah biaya sendiri sesuai kebutuhan.

Jika menginap di sekitar Venezia seperti di Marghera, kisaran hotel Bintang 3 antara  40-80€ untuk kamar double bed dengan kamar mandi dalam, handuk, dan sprei bersih. Dan kamar sekitar 14-18€ yang sudah lengkap seprei, selimut, locker, dan kamar mandi dalam juga Wi-Fi gratis di lobi hotel/hostel. Dan jangan kuatir mengenai transport dari Piazzale Roma ke Marghera, bus tersedia setiap 20 menit sebelum tengah malam dan setelah tengah malam pun bus masih ada setiap jam. 





Tulisan ini pernah dipublikasikan di Harian Republika, tanggal 17 April 2012

Thursday, August 30, 2012

Berkunjung ke "Ibukota" Seni Italia, Firenze

Posted by ajeng at 7:53 PM 1 comments

Kota Roma boleh saja disebut sebagai ibukota pemerintaahan negara Italia, namun bisa dikatakan ibukota Italia untuk seni dan budaya adalah Florence atau juga dikenal sebagai Firenze, karena disinilah tempat mahakarya seni Italia disimpan dan dilestarikan. 

Sore itu, saya sedang berada di depan Stasiun Santa Maria Novella, stasiun kereta utama di Firenze nama lain dari kota Florence. Tapi kali ini saya tidak ingin naik kereta, melainkan saya menunggu bus yang memang lewat di depan stasiun untuk ke kediaman teman saya di Firenze.

Bus di Firenze ini seperti umumnya bus yang ada di Italia, teratur, punya rute sendiri, dan hanya berhenti di halte yang telah ditentukan. Dan akhirnya datang juga bus yang saya tunggu. Karena saya tidak memiliki kartu langganan, saya harus membeli tiket bus sekali jalan dari supir bus dengan harga 2 euro. 

Sesampainya di apartemen teman saya tersebut, saya disambut dengan hidangan khas Italia. Ternyata ia dan seorang temannya sudah menyiapkan makan malam sederhana. Orang Italia biasanya menikmati makan malam sekitar pukul 20.00 dan sepertinya kedatangan saya tepat waktu. Kebetulan saya juga lapar karena hampir seharian saya berkeliling Firenze. 

Sepanjang makan malam, kami berbincang-bincang ringan. Menu kami malam itu risotto dan ayam panggang. Risotto adalah nasi yang dimasak dengan kaldu sampai lunak. Biasanya risotto ini disajikan sebelum makanan utama disajikan. Tapi malam itu kami makan dengan free style alias suka-suka aja. 

Saya pun bercerita tentang perjalanan saya sepanjang siang berkeliling kota Firenze dengan berjalan kaki. Kota ini memang terkenal dengan situs-situs bersejarah yang letaknya berdekatan satu sama lain sehingga dapat dijelajahi dengan berjalan kaki. Jadi setelah membeli peta dan menitipkan koper saya di penitipan barang yang tersedia stasiun, saya langsung melangkahkan kaki menuju situs yang terkenal dan paling dekat dengan stasiun Santa Maria Novella di Firenze yaitu Kathedral atau yang dikenal dengan The Duomo yang merupakan gereja terbesar keempat di Eropa. Jika ingin masuk ke dalam gereja yang menjadi salah satu simbol Kota Firenze tersebut sebenarnya gratis, namun jika ingin masuk ke dome maka anda harus membeli tiket sebesar 8 euro. 

The Duomo

Firenze adalah kota yang indah. Kota yang yang dapat dikatakan kota asal para maestro kesenian kenamaan dunia seperti Donatello, Leonardo Da Vinci dan Michaelangelo ini, menyimpan pesona yang luar biasa bagi Anda yang menyukai seni. Begitu memasuki kota Firenze, Anda akan merasakan betapa indahnya kebudayaan "Renaissance" yang begitu kental tercermin dari arsitektur bangunan dan situs-situs bersejarah yang begitu dilestarikan oleh pemerintah dan masyarakat Italia sebagai bentuk kebanggaan terhadap kebudayaannya.

Piazza Della Signoria

Selain ke The Duomo, saya juga menyempatkan diri ke Piazza Della Signoria, sebuah tempat seperti alun-alun kota yang dibangun sekitar abad ke-13, menjadi tempat berkumpulnya warga Firenze sejak dulu hingga kini. Piazza Della Signoria terletak di depan Palazzo Vecchio, yang merupakan balaikota yang elegan di wilayah Tuscany. Piazza Della Signoria tidak hanya ‘berperan’ sebagai sebuah alun-alun kota Firenze, namun juga sebagai layaknya ‘open air’ museum dimana terdapat banyak patung-patung terkenal karya seniman tersohor asal Italia.  Diantaranya terdapat duplikat patung yang menjadi simbol kota Firenze, yaitu “The David” yang merupakan mahakarya dari seniman Michaelangelo yang termasyur. Namun, jika Anda penasaran dimana disimpan patung “The David” yang asli, maka Anda harus mengunjungi Accademia Gallery di Kota Firenze dan untuk memasuki museum ini anda harus membeli tiket 9,5 Euro.

Copy of The David


Ponte Vecchio

Setelah berputar-putar di Palazzo Vecchio, saya pun beranjak menuju Ponte Vecchio (Jembatan Vecchio atau “Old Bridge”) yang terletak di belakang bangunan tersebut. Kota Firenze merupakan sebuah kota yang dibelah oleh Sungai Arno. Jadi, tidak lengkap rasanya jika tidak mampir ke Ponte Vecchio. Jembatan ini adalah jembatan paling terkenal di Firenze dari enam jembatan yang menghubungkan kedua sisi kota Firenze tersebut. 

Vecchio

Kenapa Ponte Vecchio menjadi begitu terkenal? karena selain diyakini sebagai jembatan tertua di wilayah tersebut yakni dibangun pada jaman romawi, juga jembatan ini merupakan satu-satunya jembatan di Sungai Arno yang tidak dihancurkan pada masa Perang Dunia II. Perintah ini konon merupakan perintah langsung dari Adolf Hitler, pada saat pendudukan Jerman di Firenze. Saat itu, daripada menghancurkan jembatan mereka memilih untuk memblokir akses dengan menghancurkan gedung-gedung di kedua sisi sungai Arno.
Jika pada masa abad ke-15, sekitar jembatan tersebut banyak dipadati oleh penjual sayur, daging dan ikan, maka sekarang daerah tersebut dikenal dengan banyak toko-toko yang menjual perhiasan terutama emas, benda seni dan souvenir.

Kotanya Para Seniman

Bisa dikatakan Firenze merupakan sebuah museum seni berukuran kota, karena setiap sudut kota menghembuskan aroma keindahan seni Italia khas Firenze. Tidak saja dari arsitektur bangunannya dan patung-patung karya seniman legendaris, namun juga seniman-seniman ‘jaman sekarang’ yang turut memeriahkan jalanan kota Firenze. Saat itu saya berjumpa dengan banyak sekali seniman jalanan, dari mulai human statue, penyanyi jalanan hingga seniman yang melukis jalanan layaknya sebuah kain kanvas.




Untuk penyanyi jalanan tentu saja Anda tidak akan berjumpa dengan pengamen yang asal-asalan bernyanyi, kebanyakan dari mereka memiliki suara bagus atau bisa memainkan alat musik dengan baik. Kalau sudah begitu, tentu saja para pejalan kaki yang lalu lalang akan memberikan koin euro mereka atau bahkan berhenti sejenak untuk sekedar menikmati hiburan murah di jalan.

Rendezvous Menikmati Malam

Setelah menikmati makan malam dan cerita perjalanan saya tentunya, teman saya mengajak keluar untuk menikmati Firenze waktu malam. Menurutnya, malam ini waktu yang tepat untuk keluar karena bertepatan dengan akhir pekan. Saya pun tertarik untuk mengetahui sudut kota Firenze yang dikenal sebagai tempat ‘gaul’ anak muda di Firenze yaitu Piazza Santo Spirito. 

Tempat yang berada di depan gereja Santo Spirito ini memang kerap dikunjungi para muda-mudi Kota Firenze untuk bersosialisasi dan menikmati live music. Makin malam makin ramai, saya saja sampai sulit bergerak. Sepertinya semua anak muda di kota ini tumplek blek di wilayah ini. Ada beberapa kafe dan restoran yang berdekatan disitu. Kami memilih untuk menempati teras kafe dan berbincang-bincang menikmati malam. Suasana yang mengesankan karena saya berkesempatan bertemu dengan banyak orang tidak hanya orang asli Italia, namun juga dari negara lain, saya bertemu dengan teman dari Columbia dan Yunani. Tempat yang bagus untuk bertemu dengan orang-orang yang tidak biasa saya jumpai sehari-hari. What a great night :)


Malam makin larut dan waktunya pulang. Sebelum kembali ke rumah, kami mampir dulu di bukit Michaelangelo. Tempat ini amat direkomendasikan untuk Anda yang ingin menikmati Firenze waktu malam dari atas bukit. Tempat ini memang berdataran tinggi. Sehingga kita dapat melihat pemandangan kota Firenze dari atas. Sangat cantik di waktu malam karena pemandangan kota dihiasi dengan lampu-lampu bagaikan gugusan bintang di langit. Romantis sekali ya.

Berkeliling Kota Bak Bangsawan

Ada alternatif lain menikmati Kota Firenze yaitu dengan menaiki kereta kuda. Anda akan merasakan romantisme kota bak bangsawan dengan kereta kuda nan mewah yang akan mengajak Anda untuk menyusuri lorong-lorong jalanan utama dan tepi sungai Firenze. Jalur yang biasa dilewati antara lain The Duomo, Piazza Della Signoria dan Santa Croce. Ongkos kereta kuda untuk berkeliling sekitar 1 jam tersebut adalah mulai dari 60 euro. 

 Begitu menaiki kereta, Anda akan mendapat satu botol anggur Tuscany dan satu botol air mineral yang termasuk dalam paket perjalanan. Kereta dapat diisi maksimal 4 orang dewasa dan jam keberangkatannya juga dapat disesuaikan tergantung permintaan, jadi disarankan untuk memesan dulu sebelumnya atau dapat menghubungi kantor pariwisata Firenze yang terdapat di depan Stasiun Santa Maria Novella untuk informasi.


The most famous Italian monuments: Pisa Tower



Holding PISA
Kota Firenze dan Pisa sama-sama terletak di Tuscani. Jadi, jika Anda sudah sampai di wilayah ini, jangan lupa menyempatkan diri untuk mengunjungi menara miring Pisa yang merupakan menara fenomenal sekaligus landmark Kota Pisa, Italia. Cara ke Kota Pisa sangatlah mudah dan murah. Anda dapat menaiki bus Autostradale atau Terravission yang menuju Airport Galileo Galilei di Kota Pisa. Tiket dapat dibeli di toko-toko sekitar Stasiun Santa Maria Novella di Firenze seharga 6 euro untuk tiket sekali jalan atau 9 euro untuk tiket pulang pergi. Perjalanan dari Firenze ke airport Pisa sekitar 1 hingga 1,5 jam. Dari airport Pisa ke pusat kota hanya butuh lima menit dengan bus kota yang berangkat dari airport Pisa yang berangkat setiap 10 menit.

Menara yang pernah menjadi bagian dari tujuh keajaiban dunia ini sebenarnya tidak sengaja dibangun untuk condong, namun pada saat pembangunannya struktur tanah di sekitar pondasi menara tersebut berkurang kekuatannya kemudian mengakibatkan amblas dan menara menjadi miring.

Menara ini terletak di Piazza del Duomo dan merupakan bangunan ketiga setelah katedral dan Baptistry. Saya sempat bersantai di lapangan hijau di halaman kompleks tersebut. Menarik sekali memperhatikan turis-turis yang datang disana, kebanyakan mereka mengambil foto dan mengabadikan diri mereka di depan menara dengan pose “mendorong” atau “menahan” Menara Pisa agar tidak jatuh. Seru melihatnya, membuat saya tidak mau ketinggalan untuk memiliki foto dengan pose tersebut. Say “PISA”!!!

Cita Rasa Kuliner Italia




Jika Anda pecinta penggemar Spaghetti, sepertinya tidak afdol jika tidak mencoba makanan yang satu ini di negeri tempat asalnya. Pasti penasaran juga kan bagaimana bedanya Spaghetti di Itali dan yang sering kita makan di Indonesia. Sebenarnya sederhana saja perbedaannya, jika di Asia (termasuk Indonesia) sepertinya sering didapati orang makan saus dengan Spaghetti. Sementara di Itali, orang memakan Spaghetti dengan saus, maksudnya disini adalah orang Itali memakan Spaghetti dengan saus secukupnya dan diusahakan pastanya tidak ‘tenggelam’ di saus. Dan benar saja, saat saya mencicipi Spaghetti ala Italia, memang terjaga cita rasa pasta dan rempah bumbunya dan tidak tertutup oleh saus keju atau saus sambal yang mungkin tidak akan anda dapatkan di restoran di Italia. Nah, nantinya Anda yang menentukan lebih suka pasta Italia asli atau yang sudah diadaptasi dengan rasa Indonesia?



Satu lagi panganan khas Italia, yaitu Pizza. Di setiap restoran Anda hampir dipastikan akan menemukan menu makanan yang satu ini. Percaya atau tidak sepanjang perjalanan saya di Italia, setiap hari saya mampir ke coffee shop dan selalu memesan Pizza. Mamamia!



Tiramisu dan cappuccino adalah duet maut bagi Anda yang suka nongkrong di kafe Italia. Ketika saya di Pisa, sepertinya saya mencicipi tiramisu yang terlezat dan menyeruput cappuccino yang paling enak yang pernah saya rasakan. Kabarnya orang Italia sangat bangga dan mengklaim bahwa mereka adalah pemilik cita rasa tiramisu dan cappuccino paling yahud di dunia. Jadi tidak ada salahnya Anda membuktikan hal tersebut. Buon appetito! 



Bagaimana ke Firenze?

Setau saya tidak ada penerbangan langsung dari Indonesia ke Italia. Namun, Anda dapat menggunakan rute Jakarta – Amsterdam (Belanda) dengan menggunakan KLM atau Garuda. Bisa lebih hemat jika mendapat harga promo mereka, yaitu sekitar Rp 9 -10 Juta untuk tiket pulang pergi. Dari Amsterdam, Anda dapat menggunakan maskapai Transavia (budget airline) menuju kota-kota di Italia. Antar kota di Italia, kita bisa menggunakan kereta cepat Trenitalia. Pembeliannya bisa secara online di www.trenitalia.com atau langsung datang ke loket di stasiun, harganya tidak berbeda koq, kecuali  kalau memang mau mengejar harga promo bisa cek ke website tersebut. Harga tiket saya waktu itu dari Stasiun Venezia Mestre ke Stasiun Firenze St. Maria Novella sebesar 43 Euro.


Tulisan ini pernah dimuat di harian Republika, tanggal 28 Agustus 2012.

 

Si Sepatu Coklat Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos